0

PERKEMBANGAN,TANTANGAN DAN PELUANG ETIKA PROFESI AKUNTANSI DI INDONESIA

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 03.07

Perkembangan Pada Profesi Akuntan

Menurut Baily, perkembangan profesi akuntan dapat dibagi ke dalam 4 periode yaitu:
1. Pra Revolusi Industri
Sebelum revolusi industri, profesi akuntan belum dikenal secara resmi di Amerika ataupun di Inggris. Namun terdapat beberapa fungsi dalam manajemen perusahaan yang dapat disamakan dengan fungsi pemeriksaan.
Misalnya di zaman dahulu dikenal adanya dua juru tulis yang bekerja terpisah dan independen. Mereka bekerja untuk menyakinkan bahwa peraturan tidak dilanggar dan merupakan dasar untuk menilai pertanggungjawaban pegawainya atas penyajian laporan keuangan.
Hasil kerja kedua juru tulis ini kemudian dibandingkan, dari hasil perbandingan tersebut jelas sudah terdapat fungsi audit dimana pemeriksaan dilakukan 100%. Tujuan audit pada masa ini adalah untuk membuat dasar pertanggungjawaban dan pencarian kemungkinan terjadinya penyelewengan. Pemakai jasa audit pada masa ini adalah hanya pemilik dana.
2. Masa Revolusi Industri Tahun 1900
Sebagaimana pada periode sebelumnya pendekatan audit masih bersifat 100% dan fungsinya untuk menemukan kesalahan dan penyelewengan yang terjadi. Namun karena munculnya perkembangan ekonomi setelah revolusi industri yang banyak melibatkan modal, faktor produksi, serta organisasi maka kegiatan produksi menjadi bersifat massal.
Sistem akuntansi dan pembukuan pada masa ini semakin rapi. Pemisahan antara hak dan tanggung jawab manajer dengan pemilik semakin kentara dan pemilik umumnya tidak banyak terlibat lagi dalam kegiatan bisnis sehari-hari dan muncullah kepentingan terhadap pemeriksaan yang mulai mengenal pengujian untuk mendeteksi kemungkinan penyelewengan.
Umumnya pihak yang ditunjuk adalah pihak yang bebas dari pengaruh kedua belah pihak yaitu pihak ketiga atau sekarang dikenal dengan sebutan auditor eksternal. Kepentingan akan pemeriksaan pada masa ini adalah pemilik dan kreditur.
Secara resmi di Inggris telah dikeluarkan undang-undang Perusahaan tahun 1882, dalam peraturan ini diperlukan adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksan independen untuk perusahaan yang menjual saham. Inilah asal mula profesi akuntan secara resmi (formal).
3. Tahun 1900 – 1930
Sejak tahun 1900 mulai muncul perusahaan-perusahaan besar baru dan pihak-pihak lain yang mempunyai kaitan kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Keadaan ini menimbulkan perubahan dalam pelaksanaan tujuan audit. Pelaksanaan audit mulai menggunakan pemeriksaan secara testing/ pengujian karena semakin baiknya sistem akuntansi/ administrasi pembukuan perusahaan, dan tujuan audit bukan hanya untuk menemukan penyelewengan terhadap kebenaran laporan Neraca dan laporan Laba Rugi tetapi juga untuk menentukan kewajaran laporan keuangan.
Pada masa ini yang membutuhkan jasa pemeriksaan bukan hanya pemilik dan kreditor, tetapi juga pemerintah dalam menentukan besarnya pajak.
4. Tahun 1930 - Sekarang
Sejak tahun 1930 perkembangan bisnis terus merajalela, demikian juga perkembangan sistem akuntansi yang menerapkan sistem pengawasan intern yang baik. Pelaksanaan auditpun menjadi berubah dari pengujian dengan persentase yang masih tinggi menjadi persentase yang lebih kecil (sistem statistik sampling). Tujuan auditpun bukan lagi menyatakan kebenaran tetapi menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Dana. Yang membutuhkan laporan akuntanpun menjadi bertambah yaitu: pemilik, kreditor, pemerintah, serikat buruh, konsumen, dan kelompok-kelompok lainnya seperti peneliti, akademisi dan lain-lain.
Peran besar akuntan dalam dunia usaha sangat membantu pihak yang membutuhkan laporan keuangan perusahaan dalam menilai keadaan perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan pemerintah AS mengeluarkan hukum tentang perusahaan Amerika yang menyatakan bahwa setiap perusahaan terbuka Amerika harus diperiksa pembukuannya oleh auditor independen dari Certified Public Accounting Firm (kantor akuntan bersertifikat).
Namun pada tahun 2001 dunia akuntan dikejutkan dengan berita terungkapnya kondisi keuangan Enron Co. yang dilaporkannya yang terutama didukung oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Para analis pasar mengira bahwa sukses kinerja keuangan Enron di masa lalu hanyalah hasil rekayasa keuangan Andersen sebagai auditornya.
Kepercayaan terhadap akuntan mulai merosot tajam pada awal tahun 2002, hal ini membuat dampak yang sangat besar terhadap kantor akuntan lain. Untuk mencegah hal yang lebih parah, pemerintah AS pada saat itu segera mengevaluasi hampir semua kantor akuntan termasuk “the big four auditors”. Walaupun masih mendapat cacian dari berbagai kalangan, para akuntan berusaha untuk memulihkan nama mereka, salah satu caranya adalah dengan mematuhi kode etik akuntan.

1. Perkembangan Profesi Akuntan di Indonesia
Perkembangan profesi akuntan di Indonesia menurut Olson dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Kolonial
Selama masa penjajahan kolonial Belanda yang menjadi anggota profesi akuntan adalah akuntan-akuntan Belanda dan beberapa akuntan Indonesia. Pada waktu itu pendidikan yang ada bagi rakyat pribumi adalah pendidikan tata buku diberikan secara formal pada sekolah menengah atas sedangkan secara non formal pendidikan akuntansi diberikan pada kursus tata buku untuk memperoleh ijazah.
2. Periode Sesudah Kemerdekaan
Pembahasan mengenai perkembangan akuntan sesudah kemerdekaan di bagi ke dalam enam periode yaitu:
a. Periode I [sebelum tahun 1954]
Pada periode I telah ada jasa pekerjaan akuntan yang bermanfaat bagi masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh hubungan ekonomi yang makin sulit, meruncingnya persaingan, dan naiknya pajak-pajak para pengusaha sehingga makin sangat dirasakan kebutuhan akan penerangan serta nasehat para ahli untuk mencapai perbaikan dalam sistem administrasi perusahaan. Sudah tentu mereka hendak menggunakan jasa orang-orang yang ahli dalam bidang akuntansi. Kebutuhan akan bantuan akuntan yang makin besar itu menjadi alasan bagi khalayak umum yang tidak berpengetahuan dan berpengalaman dalam lapangan akuntansi untuk bekerja sebagai akuntan.
Padahal, pengetahuan yang dimiliki akuntan harus sederajat dengan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga mereka harus mengikuti pelajaran pada perguruan tinggi negeri dengan hasil baik. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan peraturan dengan undang-undang untuk melindungi ijazah akuntan agar pengusaha dan badan yang lain tidak tertipu oleh pemakaian gelar “akuntan” yang tidak sah.


b. Periode II [tahun 1954 – 1973]
Setelah adanya Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan, ternyata perkembangan profesi akuntan dan auditor di Indonesia berjalan lamban karena perekonomian Indonesia pada saat itu kurang menguntungkan namun perkembangan ekonomi mulai pesat pada saat dilakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda. Mengingat terbatasnya tenaga akuntan dan ajun akuntan yang menjadi auditor pada waktu itu, Direktorat Akuntan Negara meminta bantuan kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas nama Direktorat Akuntan Negara.
Perluasan pasar profesi akuntan publik semakin bertambah yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMND) tahun 1967/1968. Meskipun pada waktu itu para pemodal “membawa” akuntan publik sendiri dari luar negeri kebutuhan terhadap jasa akuntan publik dalam negeri tetap ada.
Profesi akuntan publik mengalami perkembangan yang berarti sejak awal tahun 70-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini mewajibkan nasabah yang akan menerima kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah diperiksa akuntan publik. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia baru memerlukan jasa akuntan publik jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik.


c. Periode III [tahun 1973 – 1979]
M. Sutojo pada Konvensi Nasional Akuntansi I di Surabaya Desember 1989 menyampaikan hasil penelitiannya mengenai: Pengembangan Pengawasan Profesi Akuntan Publik di Indonesia, bahwa profesi akuntan publik ditandai dengan satu kemajuan besar yang dicapai Ikatan Akuntan Indonesia dengan diterbitkannya buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA) dalam kongres Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta tanggal 30 November – 2 Desember 1973. Dengan adanya prinsip dan norma ini, profesi akuntan publik telah maju selangkah lagi karena memiliki standar kerja dalam menganalisa laporan keuangan badan-badan usaha di Indonesia. Dalam kongres tersebut disahkan pula Kode Etik Akuntan Indonesia sehingga lengkaplah profesi akuntan publik memiliki perangkatnya sebagai suatu profesi. Dengan kelengkapan perangkat ini, pemerintah berharap profesi akuntan publik akan menjadi lembaga penunjang yang handal dan dapat dipercaya bagi pasar modal dan pasar uang di Indonesia.
Pada akhir tahun 1976 Presiden Republik Indonesia dalam surat keputusannya nomor 52/1976, menetapkan pasar modal yang pertama kali sejak memasuki masa Orde Baru. Dengan adanya pasar modal di Indonesia, kebutuhan akan profesi akuntan publik meningkat pesat. Keputusan ini jika dilihat dari segi ekonomi memang ditujukan untuk pengumpulan modal dari masyarakat, tetapi tindakan ini juga menunjukkan perhatian pemerintah yang begitu besar terhadap profesi akuntan publik.
Menurut Katjep dalam “The Perception of Accountant and Accounting Profession in Indonesia” yang dipertahankan tahun 1982 di Texas, A&M University menyatakan bahwa profesi akuntan publik dibutuhkan untuk mengaudit dan memberikan pendapat tanpa catatan (unqualified opinion) pada laporan keuangan yang go public atau memperdagangkan sahamnya di pasar modal.
Untuk lebih mengefektifkan pengawasan terhadap akuntan publik, pada tanggal 1 Mei 1978 dibentuk Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP) yang bernaung di bawah IAI. Sampai sekarang seksi yang ada di IAI, selain seksi akuntan publik, adalah seksi akuntan manajemen dan seksi akuntan pendidik.
Sophar Lumban Toruan pada tahun 1989 mengatakan bahwa pertambahan jumlah akuntan yang berpraktek terus meningkat sehingga Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan dengan IAI membuat pernyataan bersama yang mengatur hal-hal berikut:


1) Kesepakatan untuk pemakaian PAI dan NPA sebagai suatu landasan objektif yang diterima oleh semua pihak.
2) Kepada wajib pajak badan dianjurkan agar laporan keuangan diperiksa terlebih dahulu oleh akuntan publik sebelum diserahkan kepada Kantor Inspeksi Pajak (sekaran Kantor Pelayanan Pajak). Laporan tersebut akan dipergunakan sebagai dasar penetapan pajak.
3) Kalau terjadi penyimpangan etika profesi (professional conduct) oleh seorang akuntan publik, akan dilaporkan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada IAI untuk diselidiki yang berguna dalam memutuskan pengenaan sanksi.
Kesepakatan ini kemudian dikuatkan oleh Instruksi Presiden No. 6 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 108/1979 tanggal 27 Maret 1979 yang menggariskan bahwa laporan keuangan harus didasarkan pada pemeriksaan akuntan publik dan mengikuti PAI. Maksud instruksi dan surat keputusan tersebut adalah untuk merangsang wajib pajak menggunakan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik, dengan memberikan keringanan pembayaran pajak perseroan dan memperoleh pelayanan yang lebih baik di bidang perpajakan. Keputusan ini dikenal dengan nama 27 Maret 1979. Ini merupakan keputusan yang penting dalam sejarah perkembangan profesi akuntan publik dan sekaligus sebagai batu ujian bagi akuntan publik dan masyarakat pemakainya.


d. Periode IV [tahun 1979 – 1983]
Periode ini merupakan periode suram bagi profesi akuntan publik dalam pelaksanaan paket 27 Maret. Tiga tahun setelah kemudahan diberikan pemerintah masih ada akuntan publik tidak memanfaatkan maksud baik pemerintah tersebut. Beberapa akuntan publik melakukan malpraktik yang sangat merugikan penerimaan pajak yaitu dengan cara bekerjasama dengan pihak manajemen perusahaan melakukan penggelapan pajak. Ada pula akuntan publik yang tidak memeriksa kembali laporan keuangan yang diserahkan oleh perusahaan atau opini akuntan tidak disertakan dalam laporan keuangan yang diserahkan ke kantor inspeksi pajak.


e. Periode V [tahun 1983 – 1989]
Periode ini dapat dilihat sebagai periode yang berisi upaya konsolidasi profesi akuntan termasuk akuntan publik. PAI 1973 disempurnakan dalam tahun 1985, disusul dengan penyempurnaan NPA pada tahun 1985, dan penyempurnaan kode etik dalam kongres ke V tahun 1986.
Setelah melewati masa-masa suram, pemerintah perlu memberikan perlindungan terhadap masyarakat pemakai jasa akuntan publik dan untuk mendukung pertumbuhan profesi tersebut. Pada tahun 1986 pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 763/KMK.001/1986 tentang Akuntan Publik. Keputusan ini mengatur bidang pekerjaan akuntan publik, prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin praktik akuntan publik dan pendirian kantor akuntan publik beserta sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan kepada kauntan publik yang melanggar persyaratan praktik akuntan publik.
Dengan keputusan Menteri Keuangan tersebut dibuktikan pula sekali lagi komitmen pemerintah yang konsisten kepada pengembangan profesi akuntan publik yaitu dengan mendengar pendapat Ikatan profesi pada kongres ke VI IAI antara lain mengenai: pengalaman kerja yang perlu dimiliki sebelum praktik; keharusan akuntan publik fultimer (kecuali mengajar); izin berlaku tanpa batas waktu; kewajiban pelaporan berkala (tahunan) mengenai kegiatan praktik kepada pemberi izin; pembukaan cabang harus memenuhi syarat tertentu; izin diberikan kepada individu bukan kepada kantor; pencabutan izin perlu mendengar pendapat dewan kehormatan IAI; pemohon harus anggota IAI; pengawasan yang lebih ketat kepada akuntan asing.
Pada tahun 1988 diterbitkan petunjuk pelaksaan keputusan Menteri Keuangan melalui Keputusan Direktur Jenderal Moneter No. Kep.2894/M/1988 tanggal 21 Maret 1988. Suatu hal yang mendasar dari keputusan tersebut adalah pembinaan para akuntan publik yang bertujuan:
1) Membantu perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia
2) Memberikan masukan kepada IAI atau seksi akuntan publik mengenai liputan yang dikehendaki Departemen Keuangan dalam program pendidikan
3) Melaksanakan penataran bersama IAI atau IAI-seksi akuntan publik mengenai hal-hal yang dianggap perlu diketahui publik (KAP), termasuk mengenai manajemen KAP.
4) Mengusahakan agar staf KAP asing yang diperbantukan di Indonesia untuk memberi penataran bagi KAP lainnya melalui IAI atau IAI-Seksi Akuntan Publik dan membantu pelaksanaannya
5) Memantau laporan berkala kegiatan tahunan KAP
Sebelum diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Moneter tersebut, pada tahun 1987 profesi akuntan publik telah mendapatkan tempat terhormat dan strategis dari pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 859/KMK.01/1987 tentang Emisi Efek melalui Bursa yang telah menentukan bahwa:
1) Untuk melakukan emisi efek, emiten harus memenuhi persyaratan, antara lain: mempunyai laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik/akuntan negara untuk dua tahun buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat “wajar tanpa syarat” untuk tahun terakhir.
2) Laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir tersebut harus disusun sesuai dengan PABU di Indonesia disertai dengan laporan akuntan publik/ akuntan negara.
3) Jangka waktu antara laporan keuangan dan tanggal pemberian izin emisi efek tidak boleh melebihi 180 hari. (M. Sutojo, 1989: 10)
f. Periode VI [tahun 1990 – sekarang]
Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh para usahawan dan akademisi.
Namun, keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Di samping adanya dukungan dari pemerintah, perkembangan profesi akuntan publik juga sangat ditentukan ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan publik. Beberapa faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah:
1) Tumbuhnya pasar modal
2) Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun non-bank.
3) Adanya kerjasama IAI dengan Dirjen Pajak dalam rangka menegaskan peran akuntan publik dalam pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia
4) Berkembangnya penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan perekonomian
Pada awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh pemerintah (Dirjen Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha tersebut, Olson pada tahun 1979 di dalam Journal Accountanty mengemukakan empat perkembangan yang harus diperhatikan oleh profesi akuntan yaitu:
1) Makin banyaknya jenis dan jumlah informasi yang tersedia bagi masyarakat
2) Makin baiknya transportasi dan komunikasi
3) Makin disadarinya kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik
4) Tumbuhnya perusahaan-perusahaan multinasional sebagai akibat dari fenomena pertama dan kedua.
Konsekuensi perkembangan tersebut akan mempunyai dampak terhadap perkembangan akuntansi dan menimbulkan:
1) Kebutuhan akan upaya memperluas peranan akuntan, ruang lingkup pekerjaan akuntan publik semakin luas sehingga tidak hanya meliputi pemeriksaan akuntan dan penyusunan laporan keuangan.
2) Kebutuhan akan tenaga spesialisasi dalam profesi, makin besarnya tanggung jawab dan ruang lingkup kegiatan klien, mengharuskan akuntan publik untuk selalu menambah pengetahuan.
3) Kebutuhan akan standar teknis yang makin tinggi dan rumit, dengan berkembangnya teknologi informasi, laporan keuangan akan menjadi makin beragam dan rumit.
Pendapat yang dikemukakan Olson tersebut di atas cukup sesuai dan relevan dengan fungsi akuntan yang pada dasarnya berhubungan dengan sistem informasi akuntansi. Dari pemaparan yang telah dikemukakan, profesi akuntan diharapkan dapat mengantisipasi keadaan untuk pengembangan profesi akuntan di masa yang akan datang.

2. Tantangan profesi akuntan publik juga sepadan dengan peluang yang ada, Bahwa:

· Profesi akuntan publik tampaknya sudah tidak menarik lagi. Hal ini ditandai dengan akuntan publik yang beralih profesi dan tidak menjadi pilihan utama mahasiswa akuntansi untuk berkarir.

· Kesiapan Akuntan Publik Indonesia menghadapi terbukanya pasar internasional antara lain kendala penguasaan bahasa asing.

· Perkembangan Akuntan Publik Indonesia bisa dikatakan tergolong lebih sedikit dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Struktur usia akuntan publik di Indonesia yang 39% berusia di atas 60 tahun atau keseluruhan ada 67% di atas 50 tahun. Sedangkan tidak semua lulusan USAP (Indonesian CPA) menjadi akuntan publik (hanya 26% menjadi akuntan publik). Selain itu pertumbuhan akuntan publik di Indonesia sangat lambat. Akibatnya, kira-kira 5-10 tahun ke depan ketika akuntan publik yang berusia 60 tahunan mundur atau sudah tidak praktik akan terjadi penurunan jumlah akuntan publik yang signifikan.

· Auditor yang bekerja di kantor akuntan publik hanya sedikit yang benar-benar menjadi akuntan publik. Karena selain memiliki PPAK dan mengikuti USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik), para calon akuntan publik harus memiliki pengalaman 1000 jam audit dalam 5 tahun terakhir.

3. Peluang Profesi Akuntan di Indonesia :

Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberikan peluang dalam dunia kerja. Karena akuntan publik salah satu profesi yang diberi kewenangan untuk memberikan jasa audit. Selain undang-undang perseroan terbatas mewajibkan bahwa perseroan dengan aset diatas 50 milyar wajib dilakukan audit. Sehingga hal ini dapat menguatkan jika profesi akuntan publik sangat diperlukan mengingat jumlah perseroan terbatas di Indonesia relatif banyak. Bahkan perusahaan terbuka hanya bias diaudit oleh akuntan publik berdasarkan undang-undang.

Pemerintahan dalam melengkapi kualitas kinerjanya juga melimpahkan audit keuangan negara kepada akuntan publik baik langsung atau atas nama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemilihan umum atau dana kampanye perlu dilakukan pengauditan dan hanya akuntan publik yang berhak mengaudit untuk mengetahui bahwa kegiatan yang berkenaan dengan pemilu tersebut sesuai dengan prosedur yang disepakati. Sektor perpajakan juga menjadi peluang akuntan publik dan sektor perbankan sudah mewajibkan audit bagi nasabahnya yang memperoleh fasilitas kredit. Hal ini sebagai pelengkap persyaratan kredit dan bank pemberi kredit pun mengetahui kinerja perusahaan. Aturan dalam Wajib Daftar Perusahaan mewajibkan perusahaan dengan nilai asset 25 milyar wajib memasukan LKTP (laporan keuangan yang telah diaudit).

Sektor perpajakan juga menjadi peluang akuntan publik dan sektor perbankan sudah mewajibkan audit bagi nasabahnya yang memperoleh fasilitas kredit. Hal ini sebagai pelengkap persyaratan kredit dan bank pemberi kredit pun mengetahui kinerja perusahaan. Aturan dalam Wajib Daftar Perusahaan mewajibkan perusahaan dengan nilai asset 25 milyar wajib memasukan LKTP (laporan keuangan yang telah diaudit).


1. Peluang profesi akuntansi sangat besar. Akuntan dapat bekerja disemua sector perekonomian, apalagi bagi mereka yang menguasai IFRS dengan baik.
2. Terbukanya kesempatan bagi akuntan untuk berprofesi sebagai Akuntan Publik
3. Pertumbuhan Akuntan Publik relative lambat.
4. Struktur usia Akuntan Publik sekarang yang lebih dari 50 tahun sebanyak 64%, sehingga kemungkinan terjadi penurunan Akuntan Publik secara signifikan dalam 5 atau 10 tahun ke depan.
5. Kebutuhan jasa Akuntan Publik semakin meningkat
6. Penerapan IFRS (International Financial Reporting Strandard dan ISA (International Strandard on Auditing) di Indonesia pada tahun 2011-2012, merupakan peluang dan tantangan bagi profesi Akuntan dan Akuntan Publik.


|
0

TUGAS ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 06.37


PROFESI DALAM AKUNTANSI

Akuntan Publik
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari berikut ini :
100 Independensi, Integritas dan Objektivitas
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
300 Tanggung Jawab kepada Klien
400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi
500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain

CPA (Certified Publik Akuntan)
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejujuran, dan sebagainya tertentu. Profesi Akuntansi merupakan profesi yang dijalankan oleh orang-orang yang telah mendapatkan gelar BAP (Bersertifikat Akuntan Publik) atau CPA (Certified Public Accountant). Beberapa profesi akuntansi yang telah mendapat sebutan BAP antara lain: Akuntan Publik (AP), Akuntan Sektor Publik (ASP), Akuntan Manajemen (AM), dan Akuntan Pendidik (AP). Mereka yang telah mendapatkan gelar tersebut, dapat mengajukan ijin untuk membuka praktek akuntan publik. akuntansi sebagai pemberi jasa dalam hal informasi keuangan memiliki tiga aspek yang terkait satu sama lain, yakni pendidikan, praktik, dan penelitian (Sterling, 1973: Bell dan Wright, 1991)
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan pendidikan yang diselenggarakan setelah menempuh pendidikan strata satu ekonomi jurusan akuntansi dengan tujuan untuk mendapatkan gelar Akuntan (Ak). Hal ini sesuai dengan isi SK Mendiknas No. 179/U/2001, perihal pemberian gelar akuntan (Ak), yaitu sejak tanggal 31 Agustus 2004 seluruh lulusan S1.
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) mengakibatkan perlu adanya kelanjutan dari pendidikan sarjana program studi akuntansi. Hal ini berpengaruh terhadap masa studi mahasiswa ketika ingin terjun sebagai akuntan publik.

CIA (Certified Internal Auditor)
Adalah gelar profesional dalam bidang internal auditing yang dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditors (IIA) yang beralamat di Orlando, Florida, usa.
Gelar CIA diberikan bagi mereka yang telah lulus ujian CIA dan telah memiliki pengalaman dalam bidang internal auditing minimal selama 2 (dua) tahun). Ujian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada hari Rabu dan Kamis minggu kedua bulan Mei dan bulan Nopember.
Untuk ikut ujian bulan Mei, pendaftaran paling lambat dilakukan pada akhir Maret, sedangkan untuk ujian bulan Nopember, pendaftaran paling lambat dilakukan pada akhir September. Pendaftaran bisa dilakukan melalui email, termasuk pengiriman berkas-berkas yang menjadi persyaratan ke IIA Indonesian Chapter, dengan atau tanpa mengikuti tutorial, kursus atau review sebelumnya. Dengan kata lain Semua staf internal audit di manapun dapat langsung mengikuti ujian tersebut meskipun tidak mengikuti tutorial, kursus atau review. Tetapi tentu saja kalau tanpa mengikuti tutorial atau review sebelumnya, persiapan yang harus dilakukan menjadi lebih berat. Persiapan secara mandiri bisa dilakukan dengan belajar menjawab conton soal-soal tahun-tahun sebelumnya.
Topik pelajaran yang diujikan dalam Ujian CIA
Part I: The Internal Audit Activity’s Role in Governance, Risk and Control
Part II: Conducting the Internal Audit Engagement
Part III: Business Analysys and Information Technology
Part IV: Business Management Skill
1.Comply with the IIA attribute standard
2.Establish a Risk based Plan to Determine the Priorities of the Internal Audit Activity
3.Understand the Internal Audit Activity Role in Organizational Governance
4.Perform Other Internal Audit Roles and Responsibilities Governance, Risk and Control Knowledge Elements
5.Plan Engagement
1.Conduct Engagement
2.Conduct Specific Engagement Monitor 3.Engagement Outcomes
4.Fraud Knowledge Elements 5.Engagement Tools
1.Business Process
2.Financial Accounting and Finance
3.Managerial Accounting
4.Regulatory, Legal and Economics
5.Information Technology – IT
1.Strategy 2.Management Global Business Environment
3.Organizational Behavior
4.Management Skills
5.Negotiating
Sumber: Web YPIA
Topik pelajaran yang diujikan dalam Ujian CIA
Part I: The Internal Audit Activity’s Role in Governance, Risk and Control
Part II: Conducting the Internal Audit Engagement
Part III: Business Analysys and Information Technology
Part IV: Business Management Skill
1.Introduction to Internal Auditing
2.Charter, Independence and Objectivitiy
3.Proficiency and Due Profesional Care
4.Internal Audit Roles and Responsibilities
5.Internal Control I
6.Internal Control II
7.Planning and Supervising the Engagement
8.Managing the Internal Audit Activity I
9.Managing the Internal Audit Activity II
10.Data Gathering Techniques
1.Audit Evidence
2.Audit Working Papers
3.Communicating Results and Monitoring Progress
4.Specific Engagements
5.Information Technology Audit Engagements I
6.Information Audit Engagements II
7.Other Engagement 8.Tools
9.Ethics 10.Fraud
1.Business Performance
2.Managing Resources and Pricing
3.Financial Accounting Basic Concept
4.Financial Accounting: Assets, Liabilities & Equity
5.Financial Accounting – Special Topics
6.Finance
7.Managerial Accounting
8.Regulatory, Legal & Economic Issues
9.Information Technology I
10.Information Technology II
1.Industry 2.Environments Analytical Techniques
3.Strategic Analysis
4.Global Business Environments
5.Motivation and Communication
6.Organizational Structure and Effectiveness
7.Group Dynamics and Team Building
8.Influence and Leadership
9.Time Management 10.Negotiation
Sumber: BINUS

Certified Information Systems Auditor (CISA)
Adalah gelar profesi yang menunjukkan kompetensi dan integritas dalam bidang dibidang audit TI. Auditor bergelar CISA memang memiliki penghasilan yang bagus dan posisi strategis di perusahaan. Apabila ada proyek audit perusahaan, ia pasti akan dilibatkan sehingga penghasilannya juga besar. Posisinya di perusahaan pun lebih bagus dibanding auditor yang tak bergelar CISA. Makin banyak perusahaan besar menerapkan TI, harga jasa tenaga auditor TI yang terhitung masih sedikit pun makin meningkat pula.
Pelaku profesi bersertifikasi standar global diprediksi "mahal" karena beberapa sebab. Pertama, belum banyak orang yang menekuninya. Kedua, tak semua orang bisa menjadi pelaku profesi ini bisa memiliki sertifikasi berstandar global. Ketiga, permintaannya yang kian tinggi belum diimbangi dengan banyaknya pelakunya. Ini otomatis membuat "harga" mereka naik. Keempat, mereka mahal karena sertifikasinya diakui secara global. Artinya, di mana pun ia bekerja, standar keahlian atau kompetensinya diakui, sehingga bisa bekerja di negara mana pun. Sertifikasi standar global menegaskan bahwa penyandangnya memang memiliki keahlian khusus, sehingga pantas mendapat bayaran tinggi. Kelima, keberadaan mereka juga ikut menaikkan nilai perusahaan (corporate value). Perusahaan yang mampu mempekerjakan karyawan bersertifikasi standar global tentu dianggap memiliki nilai lebih. Itu sebabnya perusahaan pun tak segan-segan membayar mahal gaji mereka.

CFA (Chartered Financial Analyst)
Adalah gelar profesi yang menunjukkan kompetensi dan integritas dalam bidang portfolio management dan investment analysis.
CFA Program disponsori oleh CFA Institute, Charlottesvile, Virginia, USA. Ujian CFA pertama kali diadakan pada tahun 1963. Dalam perjalanan waktu, CFA telah menjadi gelar profesi yang diakui secara internasional, dan menjadi kriteria profesional, yang dipakai oleh dunia usaha dan kalangan investor, untuk para ahli yang berkecimpung di dalam bidang investasi.
Para pemegang CFA sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang antara lain dalam manajemen investasi, perusahaan konsultan, investment bankers, asuransi, dana pensiun, perbankan dan institusi keuangan lainnya. Permintaan akan penyandang CFA masih sangat tinggi dan semakin banyak pula institusi-institusi yang mensyaratkan para ahlinya untuk memiliki gelar CFA.
Di Indonesia sendiri, para ahli yang bergelar CFA belumlah banyak jumlahnya padahal semakin banyak perusahaan yang mensyaratkan gelar ini sebagai jaminan kualitas dan tuntutan persaingan berskala global.
Kurikulum CFA Course
Secara garis besar, materi yang akan diberikan adalah sebagai berikut: Quantitative Module, Financial Analysis Module, Economics Module, Corporate Finance Module, Securities Market Module, Portfolio Management Module, Equity Investment Module, Debt Investment Module, Derivative Investment Module, Alternative Investment Module, Ethics Module.
Sumber :
http://massofa.wordpress.com/2008/03/26/profesi-akuntan-publik-dan-pelaporannya/
http://id.wordpress.com/tag/agus-suryono/
http://makalahjurnal.com/persepsi-mahasiswa-jurusan-akuntansi-reguler-dan-non-reguler-tentang-pe ndidikan-profesi-akuntansi.pdf.doc.html
http://www.joomace.net/


|
0

Tugas Riset Akuntansi :Artikel Akuntansi

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 00.53
IMPLIKASI RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP PENGEMBANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN


Akuntansi yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban manusia. Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan akuntansi. Namun, akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya telah mengalami evolusi.
Tulisan berupa hitungan-hitungan sederhana yang ditemukan di gua-gua prasejarah di beberapa negara, seperti pedalaman Amerika, Eropa, Arab, dan Asia menjadi bukti bahwa manusia zaman batu telah mengenal akuntansi. Tonggak sejarah yang masih tertulis dan dikatakan sebagai awal dan cikal bakal akuntansi adalah zaman Luca Pacioli. Pacioli memperkenalkan sistem pembukuan berpasangan, yang disebut double entry bookkeeping system.
Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal berkembang adalah akuntansi keuangan. Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan informasi, maka berkembanglah bidang-bidang lain, seperti akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Bidang akutansi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang sehingga memperkaya bidang akuntansi. Akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pihak internal perusahan (internal user), sedangkan akuntansi keuangan menghasilkan informasi untuk pihak eksternal perusahaan (external user).
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi karena proses dari akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi. Pembuat informasi atau pengguna sistem informasi adalah manusia (bisa para manajer, investor, pemerintah, dan user lainnya yang berkepentingan dengan informasi tersebut). Keberhasilan suatu sistem informasi tak lepas dari perilaku manusianya. Perkembangan akuntansi tak lepas dari perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia dalam bidang akuntansi maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi dan sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Akuntansi keperilakuan akhirnya diakui keberadaannya dan banyak bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi keperilakuan.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas. Dalam perkembangan riset empirisnya diawali dari bidang akuntansi manajemen dan kemudian ke bidang lainnya. Dalam analisisnya banyak didukung oleh teori yang ada di disiplin ilmu lainnya. Suatu hal yang menarik dalam mengkaji bidang riset akuntansi keperilakuan ini adalah mengkaitkannya dengan akuntansi manajemen (managerial accounting). Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen yang pertama kali berkembang adalah isu budgeting.
Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system (ABC system).





Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya


Ikhsan (2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan (1) untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan, (2) untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis, dan (3) untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.
Bidang keperilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan,2005). Hal itu diawali dari penelitian Argyris (1952), yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran dan kemudian diikuti oleh peneliti-peneliti lainnya.
Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events).
Studi Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Hasil riset yang dikaji diambil dari artikel yang dipublikasikan pada tiga jurnal, yaitu The Accounting Review (AR), Journal of Accounting Research (JAR), Accounting Organization and Society (AOS). Baik artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989) merupakan invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral Research in Accounting. Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian Argyris (1952) yang pertama kali fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan akuntansi keuangan.
Menurut Burgstahler dkk. (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai berikut. Pertama, metode penelitian behavioral digunakan untuk isu akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang mendasarinya. Kedua, model atau teori behavioral diadopsi. Fase ketiga adalah pengujian model behavioral kepada akuntansi seperti pengujian model lensa Brunswick.
Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.

Burgstahler dan Sundem (1989) meyebutkan ada beberapa faktor yang membuat behavioral research in accounting secara khusus mempunyai kesulitan, yaitu bidangnya luas, variabel kompleks, perilaku adalah sebuah situasi spesifik, perwujudan lain dari interelasi variabel-variabel adalah beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas internal dan validitas eksternal, sistem kontrol akademis, dan evaluasi kualitatif.
Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi lapangan, eksperimen, dan survei yang masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya. Ketiga metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode multiple.



Riset Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting
Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen, yang memegang peranan dalam perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian yang tak terpisahkan. Perencanan berarti melihat ke depan, yang mengandung pengertian yaitu menentukan tidakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke belakang yang berarti menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun (Hansen & Mowen, 2005). Adapun tujuan anggaran adalah memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antarbagian. Anggaran yang disusun berupa anggaran operasi (seperti anggaran penjualan, produksi, pembelian bahan, tenaga kerja, overhead, beban penjualan dan administrasi, persediaan akhir, serta harga pokok penjualan) dan anggaran keuangan (seperti anggaran arus kas, neraca, dan pengeluaran modal). Anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang paling sederhana meliputi empat langkah berikut.
1. Penetapan standar oleh manajemen
2. Penetapan standar oleh kelompok yang dikontrol
3. Kinerja operasi
4. Pelaporan hasil dengan ganjaran positif atau negatif ditentukan oleh manajemen
Penelitian di bidang akuntansi manajemen diawali dengan penelitian Argyris (1952), topiknya adalah budgeting, yaitu melihat hubungan manusia dengan anggaran. Didukung oleh teori dan temuan empiris dari perilaku organisasional dan psikologi sosial, Argyris (1952) melakukan sebuah studi lapangan tentang proses anggaran. Covaleski dan Dirsmith (1986) mewawancarai 56 manajer pada enam rumah sakit. Mereka menemukan bahwa budgeting digunakan sebagai proses politik oleh manajer untuk merasionalkan dan melegitimasi aksi simbolis dan ritualistis. Studi lapangan lainnya oleh Czarniawska-Jorges dan Jacobsson (1989) menjelaskan bagaimana proses anggaran berhubungan dengan konteks budaya organisasi. Brownell (1982) meringkas beberapa studi akuntansi dan nonakuntansi yang menunjukkan hubungan antara karakteristik tugas dan organisasional dengan proses anggaran. Young (1985) mendesain sebuah eksperimen untuk secara langsung mengamati slack perilaku dan menemukan bahwa preferensi risiko dan tekanan sosial benar-benar mempengaruhi terjadinya slack anggaran.

Schiff dan lewin (1974) menyatakan pendapat Birnberg dan Nath bahwa penelitian behavioral dalam managerial accounting dibagi ke dalam tiga kategori luas, yaitu sebagai berikut.
1. Usaha untuk menentukan model bagi seluruh bagian subsistem manusia
2. Investigasi ke dalam dimensi behavioral dari proses kontrol manajemen
3. Studi dari sudut pandang behavioral tentang efek karakteristik perusahaan terhadap bentuk dan fungsi sistem informasi manajemen.
Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA). Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan pendekatan partial least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja. Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah). Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.


Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen. Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja untuk empat perspektif yang berbeda, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Wijaya Tunggal, 2003). Pengukuran kinerja yang komprehensif ini diberi nama balanced scorecard. Hal itu pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton (1992) mengenai keunggulan pengukuran kinerja dari dua perspektif, yaitu sisi keuangan dan non keuangan (customer relations, internal business processes, learning and growth).
Kaplan dan Norton (1996) menulis mengenai penggunaan balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategi. Balanced scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan dan juga untuk menilai apakah strategi yang telah ditetapkan sudah tepat. Salah satu contoh penelitian dengan topik ini dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).

Just In Time (JIT)
Just In Time (JIT) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu, mengendalikan sediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (Supriyono, 1999).

Sebuah contoh penelitian di bidang JIT dilakukan oleh Balakrishnan (1996) yang meneliti perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem inventori JIT dan pengaruhnya terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian ini dimotivasi oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai mengadopsi JIT karena dapat mengurangi kos. Jadi, adanya pertimbangan cost and benefit. Turunnya nilai persediaan berarti turunnya kos.

Total Quality Management
Manajemen mutu total (Total Quality Management/TQM) adalah suatu pendekatan sistem untuk mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapainya penyempurnaan mutu barang atau jasa secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen (Supriyono, 1999). Untuk membantu tercapainya Total Quality Management/TQM harus memperhatikan daur hidup produk seperti desain dan pengembangan, pengadaan masukan, produksi, pemasaran, distribusi, dan pelayanan.
Ittner (1995) meneliti tentang Total Quality Management (TQM) dan pilihan dari informasi dan sistem reward-nya. Data diambil dari sampel perusahaan automobil dan industri komputer dari Jerman, Kanada, Jepang, dan Amerika pada tahun 1991 yang telah mempraktikkan manajemen kualitas/ Quality Management. Penelitian dilakukan metode survei.


Activity Based Costing System
Activity based costing adalah suatu sistem pembebanan biaya yang berdasarkan aktivitas. Activity-based Costing (ABC) telah dipromosikan dan diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan keputusan yang strategis dan untuk meningkatkan kinerja laba (Bjornenak dan Mitchell, 1999). Informasi ABC kini juga digunakan secara luas untuk menilai continous improvement dan untuk memonitor proses kinerja. ABC dapat diterima secara luas dan cepat karena dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode pembebanan biaya konvensional.
Dalam sebuah eksperimen, Drake et al. (1999) menemukan bahwa aktivitas yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebih tinggi atau lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC. Gunawan (2007) meneliti analisis hubungan activity based costing dengan peningkatan kinerja keuangan yang merupakan studi empiris yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian tidak menemukan bukti empiris yang mendukung analisis dan penelitian sebelumnya mengenai kondisi yang memungkinkan untuk bisa memperoleh keuntungan dari ABC. Hubungan antara lingkup penggunaan ABC dan peningkatan di dalam ROI tidak dipengaruhi oleh faktor yang diidentifikasi spesifik.

KESIMPULAN YANG SAYA AMBIL DARI ARTIKEL INI :
Riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting riset/BAR) adalah bidang riset yang sedang berkembang. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen seperti budgeting penelitian ini diawali oleh Argyris (1952) yang melakukan sebuah studi lapangan tentang proses anggaran. Dalam perkembangan sekarang riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen sudah berkembang pada penelitian dan pengujian terhadap konsep-konsep baru dalam akuntansi manajemen.Hasil-hasil riset akuntansi keperilakuan yang menguji konsep-konsep baru dalam akuntansi manajemen seperti activity based management, customer orientation, cross-functional perspective, total quality management, time as competitive element, efficiency dan E-business, ABC system, dan balanced scorecard diharapkan akan memberikan pengembangan terhadap teori-teori akuntansi manajemen menjadi teori yang lebih baik dan dipercaya implementasinya akan memberikan manfaat bagi perusahaan. Melalui riset akuntansi keperilakuan pada akuntansi manajemen diharapkan akan melahirkan konsep atau teori baru.

|
0

Tugas Riset Akuntansi Chapter : 10

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 22.46
TUGAS RISET AKUNTANSI CHAPTER 10
Nama : Alinda Martha Fury
NPM : 20207088
Kelas : 3 EB 11
Kelompok : Balance Sheet
Anggota : Alinda Martha Fury , Fanny dan Sendy Amelia, Sherly Tanu wijaya
Dosen : IBU RR.DHARMA TINTRI EDIRARAS

1. Sebagai manajer, Anda telah mengundang tim penelitian untuk datang belajar dan sering saran bagaimana meningkatkan kinerja staf Anda. Langkah-langkah apa yang akan Anda ambil untuk meredakan kekhawatiran mereka bahkan sebelum tim peneliti set kaki di departemen Anda?
Jawab :
Cara meningkatkan suatu kinerja pada staf/ karyawan yaitu dengan cara mengadakan suatu program seperti :
a. Meningkatkan Kinerja
Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi. Penilaian kinerja mempunyai perananpenting dalam peningkatan motivasi ditempat kerja. Penilaian kinerja ini (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan berkenaan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja. ada 5 (lima) faktor dalam penilaian kinerja, yaitu:
a. Kualitas pekerjaan meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran;
b. Kuantitas Pekerjaan meliputi: Volume keluaran dan kontribusi;
c. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan;
d. Kehadiran meliputi: regularitas, dapatdipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu
b. Memberikan motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seorang yang mendorong keinginan individumelakukankegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan”. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi-tingginya bagi para karyawan dalam perusahaan”
c. Meningkatkan kedisiplinan
Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peratuan yang berlaku dalam organisasi.





2. Apa penyimpangan itu dan bagaimana penyimpangan tersebut dapat di kurangi selama wawancara?
Jawab :
Penyimpangan dalam wawancara biasanya mengacu pada kesalahan atau ketidakakuratan data yang dikumpulkan. Penyimpangan dapat dikurangi selama wawancara dengan cara mengulang dan menjelaskan pertanyaan yang kita ajukan agar mereka mengerti pertanyaan yang kita berikan, dan mengutip beberapa jawaban untuk memastikan pemahaman mendalam tentang tanggapan seseorang yang sedang diwawancara agar kita tidak menyimpang dari jawaban yang mereka berikan.

3. Jelaskan prinsip-prisip dari kata-kata, yang menyatakan mereka menguntungkan untuk digunakan?
Jawab :

Prinsip dari kata-kata biasanya merujuk pada factor-faktor seperti kesesuian isi pertanyaan, bagaimana pertanyaan dan tingkat bahasa yang digunakan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diajukan, urutan pertanyaan, data pribadi dicari dari responden.
• Isi dan Tujuan Pertanyaan
Variabel fakta akan menentukan jenis pertanyaan yang akan ditanyakan. Jika variable-variabel tersebut bersifat subjektif misalnya kepuasan dan keterlibatan dimana responden yakin dan sikap persepsi mengukur dari dimensi dan unsure-unsur. Tujuan dari setiap pertanyaan perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga variable cukup di ukur.
• Bahasa dan Kata-kata pada Kuesioner
Bahasa kuesioner harus dilihat dari tingkat pemahaman responden. Pilihan kata-kata akan tergantung pada tingkat pendidikan, penggunaan istilah dan idiom dalam budaya dan kerangka dari responden. Sebagai contoh , ketika bahasa inggris adalah bahasa yang diucapkan oleh pejabat di dua kebudayaan, kata-kata tertentu mungkin asing bagi satu budaya.
• Jenis dan Bentuk Pertanyaan
Jenis pertanyyan mengacu pada apakah pertanyaan tersebut terbuka atau tertutup.
Terbuka versus Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan terbuka memungkinkan responden untuk menjawab dengan cara apapun yang mereka pilih. Contoh pertanyaan terbuka meminta responden menyatakan lima hal yang menarik dan menantang dalam pekerjaan. Sebuah pertanyaan tertutup, sebaliknya akan meminta responden untuk membuat pilihan diantara serangkaian alternative yang di berikan. Pertanyaan-pertanyaan tertutup membantu responden untuk membuat keputusan yang cepat untuk memilih diantara beberapa alternatif.

Formulir mengacu pada positif dan negative pertanyaan.
Tidak semua pertanyaan positif ada, disarankan untuk memasukan pertanyaan negative juga, sehingga kecenderungan responden mengarah ke salah satu ujung skala yang diminimalkan. Sebuah kuesioner yang baik sehingga mencangkup baik positif dan negative pertanyaan. Penggunaan negative ganda dan penggunaan berlebihan dari kata tidak dan harus dihindari dalam pertanyaan negative karena cenderung membingungkan responden. Sebagai contoh, lebih baik mengatakan, “Datang ke tempat kerja tidak menyenangkan” daripada mengatakan “ Tidak datang untuk bekerja adalah menyenangkan daripada dating ke tempat kerja.” Sama, lebih baik mengatakan”Kebutuhan kaya tidak membantu.” Daripada mengatakan “Hanya orang kaya tidak butuh bantuan.”

4. apakah yang dimaksud dengan tekhnik proyektif dan bagaimana mereka menggunakan keuntungan dari tekhnik proyektif tersebut?

Jawab :
Proyektif Teknik merupakan metode yang tidak langsung dan tidak terstruktur dari metode penyelidikan yang telah dikembangkan oleh para psikolog dan proyeksi penggunaan responden untuk menyimpulkan tentang menggarisbawahi motif, dorongan atau niat yang tidak dapat aman melalui langsung bertanya sebagai responden baik menolak untuk mengungkapkan mereka atau tidak mampu untuk mencari keluar sendiri.

Teknik ini berguna dalam memberikan kesempatan responden untuk mengekspresikan sikap mereka tanpa rasa malu pribadi. Teknik-teknik ini membantu responden untuk proyek sikap sendiri dan perasaan sadar pada subjek yang sedang dipelajari. Jadi Teknik proyektif memainkan peran penting dalam motivasi penelitian atau survei sikap. Jadi mereka dapat menggunakan keuntungan dari tekhnik proyektif tersebut dengan cara


5 Deskripsikan metode pengumpulan data, jelaskan keuntungan dan kerugiannya?
Jawab :

• Wawancara langsung
Keuntungan : wawancara digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari pihak perusahaan. yang merupakan komunikasi dari seseorang pekerja untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang diinginkan dan dengan melakukan wawancara data yang diperoleh lebih lengkap.
Kerugian : teknik wawancara memakan waktu dan biaya yang sangat besar untuk sampel yang cukup besar dan tersebar. Wawancara berarti komunikasi antara pewawancara dan orang yang diwawancara, hal ini cenderung menimbulkan perbedaan interpretasi antara keduanya.
• Kuesioner
Keuntungan : kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Kerugian : responden tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas pada hal-hal yang ditanyakan.
• Observasi
Keuntungan : Dengan observasi banyak gejala yang dapat diselidiki, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah. Banyak objek yang hanya bersedia di ambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau mengisi kuesioner.
Kerugian : Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia.

6. Bagaimana hubungan metode pengumpulan data dari berbagai sumber terkait dengan reabilitas dan validitas?
Jawab :

Misalnya, jika tanggapan dikumpulkan melalui kuesioner. Sebelum instrument atau alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut.Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variabel yang akan diukur. Uji validitas dan realibilitas digunakan untuk menguji data yang berasal dari daftar pertanyaan atau kuesioner responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi atau belum. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliable. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuesioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

7. Setiap metode pengumpulan data memiliki sendiri dibangun di bias. Oleh karena itu beralih ke beberapa metode pengumpulan data hanya akan senyawa yang bias.bagaimana Anda kritik pernyataan ini.
Jawab :

menurut saya penelitian yang baik yaitu memerlukan data dari sumber beberapa metode pengumpulan data. Dalam penelitian riset akuntansi pada dasarnya dapat dilakukan melalui beberapa metodologi, baik melalui metodologi kuantitatif, kualitatif, maupun triangulasi. Untuk menghindari kerancuan antara metodologi penelitian dengan metoda penelitian terlebih dahulu perlu dibedakan pengertian antara keduanya. Metodologi penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja untuk mencari kebenaran.

8. cara untuk mengatasi ketidakcocokan yang ditemukan dalam data yang didapat dari sumber yang berlainan adalah dengan merata-ratakan gambar-gambar dan mengambil rata-rata sebagai nilai dari variable”. Apakah pendapatmu tentang hal ini?

Jawab :

kelompok kami setuju dengan pernyataan tersebut, karena Dalam pengumpalan data, pasti terdapat perbedaan yang dihadapi, baik dari sumber, maupun dari hal yang lainnya. Oleh karena itu Salah saru cara untuk menghadapi ketidakcocokan tersebut tentu saja dengan mengambil rata-rata dari suatu variable untuk menguji suatu pernyataan tersebut, apakah data tersebut sudah layak dapat di percaya atau belum.

9. Bagaimana kemajuan dalam teknologi dapat membantu dalam pengumpulan data?
Jawab :

Kemajuan teknologi dapat membantu kita untuk mengumpulkan data dengan memberikan kemudahan dalam mengumpulkan data-data yang kita butuhkan dalam penelitian, seperti mengumpulkan data secara terperinci produk yang telah terjual melalui pelacakan dengan scanner optik dan bar code, pencarian data di internet yang memberikan kemudahan, perekaman data dengan menggunakan alat perekam seperti video kamera dan lain-lain. Dalam beberapa pengolahan menggunakan elektronik juga memberikan pengolahan data yang bebas dari kesalahan.

10. Bagaimana kamu akan menggunakan data dari observasi untuk mencapai kesimpulan ilmiah?
Jawab:

Data dari informasi akan kita olah dengan berbagai macam alat analisis seperti pengolahan secara statistik dengan SPSS dan berbagai alat analisis lainnya untuk kita uji dan hasil pengujian tersebut akan kita gunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah.

11. Ukuran bias yang lebih sedikit dalam pengumpulan data, maka akan semakin ilmiah penelitian yang kita lakukan. Komentari pernyataan ini!
Jawab :

Kami setuju dengan pendapat tersebut karena apabila ukuran bias semakin kecil dalam penelitian kita, berarti penelitian kita akan semakin mendekati kebenaran dan semakin ilmiah dan dapat kita gunakan sebagai referensi untuk melakukan pegujian sejenis atau penelitian yang berikutnya.

|
0

Tugas Riset Akuntansi Chapter : 8

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 07.03
Tugas Riset Akuntansi Chapter 8
Nama : Alinda Martha Fury
Kelas : 3 EB 11
NPM : 20207088
Nama Kelompok : Balance Sheet
nama Anggota : Alinda Martha Fury
Fanny
Sendy Amelia
Sherly Tanu Wijaya

Dosen : IBU RR.DHARMA TINTRI EDIRARAS

1.Apakah definisi operasional dan apakah itu penting?
Jawab :
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”.
Pentingnya operasional terutama bagi seorang peneliti yaitu dapat melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
2.Gambarkan operasional dengan cara sebagai berikut :
a.Sexual harassment:
Jawab:
Merupakan suatu tentang motivasi untuk para pekerja pada suatu bagian tertentu dalam mengambil suatu keputusan.
b.Diversity-positive environtment :
Jawab:
Adalah sekitar suatu motivasi prestasi oleh pekerja untuk relax, ketidaksabaran dengan keefektifan.
c.Carrer success
Jawab:
Adalah berarti sekitar bagaimana kita dapat menerapkan atau pencabangan hubungan yang merasakan dan persepsi individual, dan motivasi tertentu saja.
3.Jelaskan empat tipe dari skala?
Skala Nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Skala nominal mengklasifikasi individual/object yang salaing berhubungan ke dalam sebuah group yang khusus. Informasi yang telah dihasilkan dari skala nominal akan mengkalkulasikan persentasenya. Jadi, skala nominal memberikan beberapa informasi utama yang menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

Skala Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. Dapat kita ketahui bahwa skala ordinal memberikan informasi lebih daripada skala nominal. Tetapi bagaimanapun juga, skala ordinal tidak memberikan sebuah indicator yang paling penting dalam perbedaan-perbedaan di dalam peringkat-peringkat tersebut. Meski kita akan tahu ada berbagai macam perbedaan-perbedaan dalam urutan tersebut, kita tidak akan tau perbedaan yang paling penting diantara semua perbedaan tersebut.

Skala Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. Dengan demikian, kurva internal lebih baik dibandingkan dengan kurva ordinal.Kurva ini telah digunakan untuk mengukur kecenderungan utama, rata-rata aritmatika, besar sebaran dalam sebuah area, simpangan baku, & variatifnya/selisihnya.

Skala Rasio
Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan. Tetapi Skala ini lebih akurat dari skala-skala yang lainnya karena mempunyai penetapan sumber-sumber poin yang khas (sumber yang tidak berubah-ubah) & menggolongkan semua sifat-sifat dari tiga skala sebelumnya.

4.Mengapa skala interval lebih canggih dibandingkan dengan skala nominal dan ordinal?
Jawab:
Karena kurva ini sering digunakan oleh banyak kalangan untuk mengukur kecenderungan utama, rata-rata aritmatika, besar sebaran dalam sebuah area, simpangan baku dan variatif atau selisihnya..Kurva ini dapat membantu untuk memperhitungkan titik tengah & simpangan baku/ selisih pokok hasil pada faktor variabelnya/faktor tak tetapnya. Serta untuk mengukur jarak diantara dua objek/poin pada skala.

5.Kenapa skala rasio dijadikan sebagai yang paling kuat dari ke empat skala tersebut?
Karena skala pengukuran rasio ini memiliki semua karakteristik yang dipunyai skala nominal, ordinal dan interval. Kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak hadir. Pengukuran rasio biasanya dilakukan dalam bentuk pembandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan individu atau obyek lain. Selain itu skala rasio lebih baik & akurat dari skala-skala yang lainnya karena mempunyai penetapan sumber-sumber poin yang khas (sumber yang tidak berubah-ubah) & menggolongkan semua sifat-sifat dari tiga skala sebelumnya.

|
0

Tugas Riset Akuntansi Chapter :2

Posted by WELCOME TO MY BLOG on 23.20
Tugas Riset Akuntansi Chapter 2
Nama : Alinda Martha Fury
Kelas : 3 EB 11
NPM : 20207088
Nama Kelompok : Balance Sheet
nama Anggota : Alinda Martha Fury
Fanny
Sendy Amelia
Sherly Tanu Wijaya

Dosen : IBU RR.DHARMA TINTRI EDIRARAS

1. Jelaskan keunggulan dari penelitian ilmiah ?

keunggulan dari penelitian ilmiah adalah:

a. Bertujuan
manajer ini diawali dengan tujuan tertentu atau tujuan penelitian. Fokusnya adalah pada peningkatan komitmen karyawan di dalam organisasi, yang akan membantu dalam banyak cara. Peningkatan komitmen karyawan akan berarti berkurangnya omset, kurang ketidakhadiran, dan mungkin meningkatkan tingkat kinerja, yang semuanya akan bermanfaat bagi organisasi.

b. Berlandaskan teori

Dasar teoritis yang baik dan desain metodologi yang sehat akan menambah kekakuan ke study purposive. Pada Rigor berkonotasi kehati-hatian, cermat, dan tingkat ketepatan dalam penelitian investigation.In kasus contoh kita, marilah kita mengatakan, manajer dari sebuah organisasi meminta 10 sampai 12 karyawan di dalam organisasi untuk menunjukkan apa yang akan meningkatkan tingkat komitmen untuk itu.

c. Telah teruji

Jika, setelah berbicara dengan pilihan acak emloyees organisasi dan studi penelitian yang dilakukan sebelumnya di daerah komitmen organisasi, manajer atau peneliti mengembangkan hipotesis tertentu tentang bagaimana komitmen karyawan dapat data yang dikumpulkan dapat diuji dengan menerapkan uji statistik tertentu ke data yang dikumpulkan untuk tujuan

d. Dapat di simpulkan dan Ditiru

Penelitian ilmiah dapat dilakukan kembali dan mendapatkan hasil yang sama seperti hasil penelitian yang pertama kali dilakukan. Sehingga hasil penelitian ilmiah yang didapat bukan berasal dari kebetulan namun berasal dari kebenaran. Mari kita andaikan bahwa manajer / peneliti, berdasarkan hasil studi, menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan partisipasi adalah salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi.

e. Ketepatan dan Keyakinan

Ketepatan mengarah kepada seberapa tepat kebenaran yang kita temukan, berdasarkan sampel yang mewakili kebenaran atau realita.

Sedangkan Keyakinan mengarahkan pada probabilitas bahwa perkiraan kami adalah benar.

f. Objektivitas

Kesimpulan yang diambil melalui interpretasi hasil analisis data harus objektif, yaitu mereka harus didasarkan pada fakta-fakta yang dihasilkan dari temuan-temuan dari data aktual, dan tidak didasarkan pada kita sendiri nilai-nilai subjektif atau emosional. misalnya, jika kita memiliki hipotesis yang dimulai bahwa partisipasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi

g. Generalisasi

Hasil penelitian ilmiah dapat diaplikasikan kepada satu keadaan kepada keadaaan lainnya dalam organisasi, tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk satu area saja. Pada generalisasi mengacu pada lingkup penerapan temuan penelitian dalam satu organisasi pengaturan pengaturan lain..

  1. Hemat

Sebaiknya suatu penelitian dibuat sederhana, sehingga penelitian tersebut tidak memerlukan banyak waktu dan biaya dan di dalam menjelaskan permasalahan tidak terlalu kompleks yang bisa menyebabkan penelitian tidak terkontrol.

2. Apa saja langkah-langkah dari riset hipotesis-deduktif? Jelaskan dengan menggunakan contoh yang bukan berasal dari buku

7 langkah dari metode hipotesis-deduktif:

1. Observasi

2. Persiapan pengumpulan informasi

3. Perumusan teori

4. Membuat hipotesis

5. Mengumpulkan data ilmiah lebih lanjut

6. Analisis Data

7. Menarik kesimpulan secara deduktif

a. Observasi

pengamatan adalah tahap pertama, di mana satu indra bahwa beberapa perubahan yang terjadi, atau bahwa beberapa perilaku baru, sikap, dan perasaan yang muncul ke permukaan di lingkungan seseorang.

Contoh : hasil observasi pada penelitian kelas tentang :

Hasil Pengamatan Kelas Tentang Metode Matematika Menurut Versi Katagiri, Terhadap Aktivitas Belajar Matematika SMP Kelas II Dalam Mempelajari Luas dan Volume Tabung, Bola dan Kerucut, Tahun 2006
Peneliti/Pengamat: Marsigit, Mathilda Susanti, Elly Arliani
a. Metode Matematika Jenis Problem Formation and Comprehension

b. Persiapan pengumpulan informasi

pengamatan adalah tahap pertama, di mana satu indra bahwa beberapa perubahan yang terjadi, atau bahwa beberapa perilaku baru, sikap, dan perasaan yang muncul ke permukaan di lingkungan seseorang

contoh : Seperti melakukan suatu wawancara dengan mengumpulkan suatu data.

c. Perumusan teori

teori formulasi, langkah berikutnya, adalah upaya untuk mengintegrasikan seluruh informasi secara logis, sehingga alasan untuk masalah ini dapat dikonsep dan diuji

contoh : Dengn melakukan suatu pendekatan tradisional dalam suatu perumusan suatu materi..

d. Membuat Hipotesis

hypotbesizing adalah langkah logis berikutnya setelah perumusan teori
pengujian hipotesis disebut penelitian deduktif. kadang-kadang, hipotesis yang awalnya tidak dirumuskan tidak mendapatkan menghasilkan pemikiran proses induksi

contoh :membuat pengujian hipotesis misalnya Hipotesis dalam Statistik & Penelitian :

v Statistik

Ho : tidak adanya perbedaan antara parameter dengan

statistik, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran

populasi dengan ukuran sampel.

Ha : adanya perbedaan antara ukuran populasi dengan

ukuran sampel.

e. Mengumpulkan data ilmiah lebih lanjut

setelah pengembangan hipotesis, data sehubungan dengan setiap variabel dalam hipotesis perlu diperoleh

contoh : jika ingin membuat suatu penelitian ilmiah…maka data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

f. Analisis Data

Pada tahap analisis data, data agthered secara statistik dianalisis untuk melihat apakah hipotesis yang mana telah didukung menghasilkan

Contoh analisis penyesuaian atas faktor waktu transaksi :

Untuk menganalisis persentase atas waktu transaksi dapat dilakukan dengan membandingkan 2 (dua) data atau lebih yang mempunyai, ciri-ciri yang hampir sama yang dalam contoh ini adalah data nomor 1 dan 3.

Cara analisis :

Rp. 775 – Rp. 745





-----------------------

x

100%

=

4%

Rp. 745





4% di atas menunjukkan adanya, kenaikan nilai tanah setiap tahunnya.

3.

Penentuan NIR

NO.

FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN

BERDASARKAN KONSEP FAKTOR PENILAIAN

PENYESUAIAN

DATA NO. 1

DATA NO. 2

DATA NO. 3

DATA NO. 4


Harga Jual Tanah per m2


(Rp. 000)

(Rp. 000)

(Rp. 000)

(Rp. 000)




775

832

745

954

1.

Waktu Transaksi

Tahun 1996

+ 4%

+4%

+ 8%


2.

Jenis Data





- 10%








Jumlah Persentase Penyesuaian

+ 4%

+4%

+ 8%

- 10%

Nilai yang telah disesuaikan





Nilai dirata-rata





Nilai Indikasi Rata-rata (NIR)

834

g. Menulis kesimpulan secara Deduktif

deduktif adalah proses tiba pada kesimpulan dengan menginterpretasikan arti hasil analisis data.

contoh :


3. Orang mendengar kata penelitian yang disebutkan oleh berbagai kelompok, termasuk organisasi penelitian, perguruan tinggi dan dosen universitas, mahasiswa doktoral, assistans sarjana yang bekerja untuk fakultas, pascasarjana dan mahasiswa melakukan makalah mereka, penelitian Departemen-departemen dalam industri, wartawan surat kabar, pengacara wartawan, para dokter , dan profesional lain dan non profesional. Apa yang anda pelajari dalam bab ini, yang manakah dari kelompok yang disebutkan tadi yang melakukan penelitian ”ilmiah” di daerah penelitian dasar atau terapan? Mengapa?

Beberapa kelompok yang disebutkan diatas, pada dasarnya mereka melakukan penelitian ilmiah, baik penelitian dasar maupun penelitian terapan. Mereka menggunakannya sesuai dengan kepentingan dan tujuannya masing-masing. Dengan adanya penelitian ilmiah kita dapat menganalisis, mengetahui bagaimana masalah dalam suatu organisasi dapat terselesaikan secara efektif

4. Jelaskan proses deduksi dan induksi memberikan contoh masing-masing?

Deduksi : suatu penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal yang bersifat umum/universal kepada hal-hal yang bersifat khusus/konkret.

Contohnya :

Premis umum : semua sarjana adalah orang cerdas

Premis khusus : Ani adalah seorang sarjana

Kesimpulan : Ani adalah orang cerdas

Induksi : pengambilan kesimpulan secara umum dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari fakta-fakta khusus.

Contohnya :

Jika dipanaskan, besi memuai

Jika dipanaskan, tembaga memuai

Jika dipanaskan, emas memuai

Kesimpulan : jika dipanaskan logam memuai

5. Jika penelitian di bidang manajemen tidak dapat 100% ilmiah, kenapa repot-repot melakukannya sama sekali? Berikan komentar pada pernyataan ini?

Jawab :

Dalam suatu penelitian memang tidak selalu memungkinkan untuk melakukan penelitian yang 100% ilmiah dan bebas dari kesalahan. Tapi dengan adanya penelitian ilmiah ini kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan mengumpulkan dan menganalisis permasalahn tersebut, sehingga kita dapat mengambil keputusan yang tepat.

6. Kritik penelitian lanjutan dilakukan dalam industri jasa untuk sejauh mana itu memenuhi ciri penyelidikan ilmiah dibahas dalam bab ini.

Jawab :Dalam melakukan suatu penelitian harus memenuhi suatu kriteria dan syarat-syarat tertentu. Pada penelitian tersebut harus mempunyai suatu tujuan,berdasarkan landasan teori yang telah teruji sehingga dapat disimpulkan kembali dan mendapatkan hasil yang sama seperti hasil penelitian yang pertama kali dilakukan. Selain itu dalam melakukan suatu penelitian harus bersifat bebas dari kesalahan.Supaya dalam menganalisis suatu permasalahan tidak ada suatu halangan.




|

Copyright © 2009 Blog Alinda Martha Fury All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.